Ketika datang pada kecerdasan dan IQ, gajah sering dianggap sebagai yang teratas dalam daftar. Aristoteles menggambarkan mereka sebagai hewan yang "melebihi semua hewan lain dalam kecerdasan dan pemikiran," dan para ahli yang mengamati perilaku hewan modern umumnya menganggap mereka sebagai makhluk paling cerdas.
Catatan sejarah menunjukkan bahwa gajah berteman dengan manusia sudah sejak dulu yang telah memberikan bantuan pada manusia. Mereka sangat cerdas dan dapat membuka jalur; mereka juga dapat mengubur teman yang meninggal dalam dedaunan dan cabang yang jatuh. Gajah memiliki masa hidup yang cukup panjang, biasanya dapat hidup hingga 70 tahun. Mereka mencapai kematangan seksual antara usia 10 hingga 15 tahun, dan masa kehamilan dapat berlangsung hingga 22 bulan.
Keberadaan populasi gajah tersebar luas, meninggalkan jejak kaki mereka di semua benua kecuali Oceania dan Antartika. Namun, saat ini terdapat dua jenis gajah yang utama, yakni Asia dan Afrika.
Pada bulan Mei sampai Juni 2020, ratusan gajah meninggal karena penyebab yang tidak diketahui di Delta Okavango, Botswana. Pendiri National Parks Rescue, Mark Healy, menyebut kematian gajah sebagai "salah satu bencana terbesar yang mempengaruhi gajah pada abad ini".
Dari kuil-kuil yang dirancang secara rumit hingga minuman paling terkenal di Thailand, gajah tentunya memiliki reputasi cukup tinggi di Thailand, di mana mereka merupakan hewan nasional negara tersebut. Ada banyak alasan mengapa hewan raksasa ini dipilih sebagai simbol nasional Thailand. Salah satu alasan utamanya adalah bahwa orang Thailand menghargai kekuatan, daya tahan, dan masa hidup yang luar biasa dari gajah.
Gajah putih (sebenarnya warnanya lebih mengarah ke merah muda) juga merupakan simbol kerajaan di Thailand. Menurut tradisi Buddha, pada malam kelahiran Buddha, ibunya bermimpi tentang seekor gajah putih yang memberinya bunga teratai. Bahkan gajah putih pernah ada di bendera Siam sampai awal tahun 1900-an. Karena gajah putih sangat jarang ditemukan, sehingga mereka hanya digunakan untuk tugas-tugas kerajaan.
Setiap hewan memiliki musuh alami, yang membantu menjaga keseimbangan ekosistem dan rantai makanan tetap utuh. Jadi untuk hewan sebesar gajah, hewan apa yang bisa menahannya? Di masa lalu, orang-orang terobsesi dengan gading, yang menyebabkan pemburuan berlebih dan pembunuhan gajah, yang mengakibatkan penurunan jumlah gajah yang sangat besar.
Meskipun dunia sekarang telah melarang perdagangan gading, orang yang sedang buta akan kekayaan, dengan kerakusannya ingin menjadi kaya masih tetap akan berani dalam mengambil risiko, sehingga akibatnya populasi gajah tetap mengalami penurunan. Selain itu, banyak hutan dan padang rumput yang sekarang sudah sangat rusak, sehingga membuat habitat alami gajah semakin berkurang, mengakibatkan populasinya menjadi semakin kecil, terutama untuk gajah Afrika.
Meskipun gajah memiliki kekuatan yang luar biasa, namun gajah akan sangat rapuh saat masih kecil. Jika gajah dewasa tidak melindungi bayi, maka bayi gajahpun akan terancam menjadi mangsa harimau, macan tutul, serigala, dan hewan buas lainnya. Ini membuat tumbuh dewasa menjadi sulit bagi bayi gajah.
Selain itu, ukuran besar gajah membuat mereka bergerak lambat, sehingga sulit untuk melarikan diri dari bahaya. Jika mereka bertemu serigala cepat yang hidup dalam kelompok, hal itu juga sangat berbahaya karena serigala lincah dan bekerja sama dengan baik satu sama lain, sehingga ini akan sangat mudah untuk mereka memburu dan membunuh gajah.
Oleh karena itu, meskipun gajah tidak memiliki musuh alami, mereka bukanlah penguasa kerajaan hewan. Kelemahan bawaan mereka membuat gajah rentan diserang oleh hewan liar, dan populasinya juga terus menjadi ancaman oleh perburuan liar yang tidak bertanggung jawab.